Di sebuah desa hiduplah seorang janda dengan anaknya yang bernama Arman. Arman berasal dari keluarga yang miskin, ibunya hanya sebagai penjual sayur keliling. Mereka sangat dipandang remeh oleh masyarakat sekitar.
Suatu hari ketika Arman pergi ke sekolah, dia mendapat banyak ejekan dari teman-temannya. Teman-temannya mengatakan bahwa Arman tidak tahu diri karena dia adalah orang miskin yang seharusnya tidak perlu sekolah. Tidak hanya mendapat ejekan, Arman juga menjadi bahan bullyi-an oleh teman-temannya. Setiap pulang sekolah dia selalu mengadu kepada ibunya sambil menangis perihal tersebut.
“Sudahlah nak, jadikan saja hinaan temanmu menjadi motivasi untuk membuktikan bahwa kamu lebih baik dari mereka yang menghinamu,” Kata ibu Arman.
Keesokan harinya Arman kembali ke bersekolah. Namun, pada hari itu tidak ada yang mengingatkannya bahwa akan ada ulangan harian. Arman pun mendapat nilai yang jelek dan semakin diejek oleh teman-temannya.
Sejak saat itu, Arman memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena tak tahan dengan ejekan teman-temannya. Setelah beberapa hari Arman tidak masuk sekolah, datang Ibu guru yang baik hati, Ibu Mela datang ke rumah Arman.
Dengan kata-kata yang halus dan bijaksana, Ibu Mela berhasil meluluhkan hati Arman yang sudah bulat untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Namun, seketika itu Arman berubah pikiran, dia bertekad untuk rajin belajar dan tidak memedulikan ejekan dari teman-temannya.
Usahanya pun tak sia-sia. Berkat dirinya yang lebih rajin belajar, Arman berhasil mendapatkan peringkat satu di kelasnya. Meski masih banyak teman-teman yang mengejeknya, Arman tidak menghiraukan dan dirinya tetap fokus belajar untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Arman bersyukur pada Tuhan yang Maha Esa, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, semua dapat tercapai jika kita mau berusaha dan terus berdoa. Terimakasih Tuhan.
Penulis: Rina Afida Sofiana