Setiap orang pasti pernah merasakan kegagalan, entah dalam pendidikan, usaha, maupun percintaan. Namun pengalaman ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai suatu pembelajaran bahwa tidak ada hal yang mulus di dunia ini.
Adanya kegagalan seharusnya dijadikan motivasi untuk terus berjuang dan berjuang menggapai sebuah kesuksesan. Namun, terkadang ada beberapa orang yang gagal dan kemudian terpuruk dan putus asa, padahal dengan kegagalan bisa dijadikan sebagai bukti apakah orang tersebut bisa bangkit atau tidak.
Suatu hari ada seorang disabilitas yang sangat polos, sebenarnya anak perempuan tersebut mempunyai paras yang cantik jika diperhatikan, namun Tuhan memberikan kelebihan kepada anak tersebut yaitu hanya mempunyai kedua kakinya ia cacat sejak lahir. Inilah suatu kelebihan yang dianggap oleh kebanyakan orang sebagai suatu kekurangan.
Lambat laun anak perempuan ini tumbuh menjadi gadis. Ia pun memasuki masa-masa sekolah.
Awalnya perempuan ini dimasukkan ke sekolah biasa kemudian ia dipindahkan ke sekolah luar biasa. Namun, karena banyak yang menganggap bahwa anak ini berbeda dan membuatnya tidak memiliki teman sama sekali. Jangankan diajak ngobrol mendekati saja tidak ada yang berani, anak ini pun sering mengadu kepada orang tuanya ketika pulang sekolah, orang tuanya sering merasa kasihan mendengar cemoohan dari teman-temannya, tetangga, bahkan keluarganya sendiri.
Tidak hanya sekolah formal saja ia juga mengikuti progam tahfizh yang diadakan di TPQ (Taman Pendidikan Qur'an) yang tidak jauh dari rumahnya. Ia juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dari sekolahnya. Selain itu, ia juga pandai melukis.
Di usia remaja inilah suatu hal yang patut disyukuri oleh kebanyakan orang yang telah dianugerahi sempurna karena melihat orang-orang luar yang bisa beraktifitas pada umumnya, sedangkan ia harus bersusah payah menggunakan kedua kakinya. Namun ia yakin ia bisa menghadapi kerasnya dunia.
Sejak lulus SMP anak perempuan ini meminta kepada kedua orang tuanya untuk sekolah di SMKN di suatu kota. Sayangnya orang tuanya tidak mengizinkan sebab takut akan hal buruk yang sebelumnya sering terjadi akan terulang lagi, tetapi anak tersebut mampu meyakinkan bawa pasti orang tuanya akan mengizinkan.
Dan akhirnya orang tuanya pun setuju, inilah berkat doa dan usaha anak tersebut dan ia akhirnya dimasukan ke sekolah SMKN di kotanya. Dengan kelebihan yang dimilikinya akhirnya ia berhasil masuk dengan kejuruan Seni Rupa.
Setiap harinya ia belajar sungguh-sungguh walaupun masih saja terganggu dengan cemoohan dari teman-temannya, namun ia tidak putus asa. Ia malah lebih bersemangat guna membuktikan kepada mereka bahwa ia bisa dan lebih bisa daripada yang lainnya.
Lulus SMK anak perempuan ini masih belum puas dengan ilmu yang dimilikinya, ia masih sangat mempunyai minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun ia berpikir lagi jika aku kuliah, aku tidak akan bisa karena kuliah bukan hanya perkara melukis saja.
Kemudian ia memutuskan untuk masuk ke balai pelatihan mengenai kesenian ia tidak hanya masuk dalam fine art saja namun seni grafis, membatik dan lain-lain. Ia juga giat membantu kedua orang tuanya mencari nafkah untuk membiayai kelas pelatihannya tersebut. Kadang ia menjual lukisan-lukisan kecilnya di berbagai sekolah.
Selama satu bulan anak tersebut mengikuti pelatihan. Awalnya memang sulit karena kendala kondisi yang tidak memungkinkan ia harus bersusah payah melukis menggunakan kedua kakinya, apalagi kelas ini sering praktik di luar ruangan, tapi hasil tidak akan mengkhianati usahanya.
Dengan mengamati setiap hari yang dilakukan, ternyata ia berhasil dan bisa mengikuti setiap pelajaran yang diajarkan. Atas ilmunya ia juga sering melukis untuk dijual. Lukisannya pun banyak minat dan membelinya bahkan ada seseorang yang mengundang ia mengikuti seminar dan berbagai konser.
Setelah lulus pelatihan ia pun berhasil menjual puluhan karya-karyanya dari lukisan terkecil hingga terbesar, dengan kemampuan yang sangat terbatas. Ini merupakan suatu keajaiban atas usaha-usahanya itu.
Ia menjadi mentor di suatu komunitas dan organisasi sekolah kejuruan, tidak hanya itu, ia juga aktif mengikuti konser dan perlombaan-perlombaan di kota, bahkan luar kota. Orang tuanya pun sangat bangga melihat piala-piala yang berjejer atas hasil prestasi anaknya dan beberapa teman yang dulunya sering mengejek saat ia sekolah kini menjadi sosok yang jadi mengapresiasi.
Akhirnya anak tersebut dijuluki seniman yang terkenal. Dengan kesuksesannya tersebut ia berhasil mengubah keadaannya, baik keadaan ekonomi keluarganya maupun komunikasi dengan orang lain, yang dulunya sering mengejek akhirnya sekarang lebih mengapresiasi anak tersebut.
Inilah cita-cita yang ia harapkan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Ia pun sangat bersyukur. Dalam kehidupan pastinya harus berani menerima tantangan untuk merasakan nikmatnya kesuksesan. Namun dengan mencapai kesuksesan diperlukan dengan usaha maksimal pasti akan membuahkan hasil yang maksimal juga.
Terkadang juga membutuhkan waktu yang tak sebentar sehingga selain bekerja keras kita juga harus memiliki sifat sabar dan ulet.
Biodata Penulis:
Meidina Nur Aisyah lahir pada tanggal 25 Mei 2003 di Cilacap. Ia adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara.
Meidina menempuh pendidikan di Cilacap sejak SD, SMP, SMA. SDN Jatisari 01 lulus pada tahun 2015, MTs Ma'arif 1 Sidareja lulus pada tahun 2018, dan SMAN 1 Kedungreja lulus pada tahun 2021.
Saat ini Meidina aktif sebagai mahasiswa Semester 2 di UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto, Jurusan Pendidikan Agama Islam.