Di sebuah hutan yang sangat indah, dipenuhi dengan bunga-bunga, serta pohon besar yang menjulang tinggi. Ada seorang peri bernama Lily, dia berbeda dengan peri lainnya, wajahnya tidak seindah peri lainnya. Lily tidak mempunyai orang tua atau saudara serta tidak mempunyai teman. Lily adalah seorang peri yang tinggal sendiri di hutan itu, sangat ramah dan ceria, dia dikenal dengan kekuatan ajaibnya serta kebaikannya pada penghuni hutan. Namun dia selalu dibully oleh peri-peri yang lain.
Pagi itu, Lily sedang berjalan-jalan menikmati cerah dari sinar matahari pagi itu, tiba tiba......
"Kamu selalu sendirian, Lily, kenapa tidak ada yang menemanimu?" ucap Peri Nata.
Lily pun hanya diam dan tidak berani untuk menjawab pertanyaan itu sebab dia malu dengan wajahnya. Lalu dia pergi begitu saja tanpa memperdulikan mereka yang sedang asik menertawakan dirinya.
Lily berjalan dengan menangis karena seumur hidup dia belum pernah mempunyai teman untuk dia ajak main. Dia juga sedih tidak mempunyai orang tua dan saudara untuk bisa mendengarkan masalahnya.
Lily berjalan menuju sungai untuk menenangkan dirinya. Di jalan dia menemukan bunga yang hampir layu karena kekurangan air. Lily langsung merasa kasian pada bunga tersebut, dengan kekuatan ajaibnya dia menolong bunga itu.
"Bunga, aku akan menolongmu tunggu sebentar" ucap Lily.
Dengan kekuatan ajaibnya Lily menurunkan hujan, air hujan itu pun langsung membasahi bunga dan hutan tersebut.
Bunga itu kembali segar, Lily pun langsung tersenyum.
"Terimakasih Lily, kamu sangat baik sekali, hanya kamu yang peduli padaku." ucap Bunga.
"Sama-sama, bunga. Aku kebetulan lewat dan melihat kamu layu jadi aku langsung menolongmu." ucap Lily.
"Sekarang musim kemarau, air tidak ada sama sekali. Untung kamu datang dan segera menolongku, jika tidak maka aku akan layu detik itu juga." ucap Bunga.
"Senang bisa menolongmu bunga, kamu begitu indah saat mekar dan harumnya aroma khasmu." ucap Lily.
"Ini untukmu Lily" ucap Bunga dengan memberikan sebuah kantong kecil.
"Apa ini?" ucap Lily dengan raut kebingungan.
"Itu adalah serbuk bunga ajaib yang bisa membuatmu selalu segar dan berseri. Kamu bisa memakainya pada malam hari sebelum kamu tidur" ucap Bunga.
"Benarkah? Kekuatanku saja tidak bisa menolong wajahku apakah kamu yakin ini bisa mengubah wajahku?" ucap Lily.
"Coba saja, jika aku berbohong kamu bisa datang kepadaku" ucap Bunga.
Lily merasa senang dan sangat berterima kasih kepada bunga, dia pun berjalan pulang ke rumahnya. Malam harinya saat Lily akan tidur dia mencoba serbuk yang diberikan kepada bunga.
"Apakah benar wajah ini akan berubah? Dan jika demikian apakah ada yang mau berteman denganku?" ucap Lily dengan mengoleskan serbuk itu pada wajahnya, lalu Lily pun tidur dengan mimpi indahnya.
Di pagi itu Lily terbangun dan langsung bercermin dan ternyata benar wajahnya berubah. Lily pun langsung terkejut.
"Ini beneran, 'kan? Aku tidak bermimpi, 'kan?" ucap Lily dengan mencubit pipinya.
"Tidak, ini benaran nyata" ucap Lily dengan girang.
Setelah melihat wajahnya, Lily merasa campuran antara bahagia dan gugup. Dia tidak tahu bagaimana peri-peri lainnya akan bereaksi. Namun, Lily tetap memutuskan untuk keluar dan menikmati hari seperti biasa.
Saat berjalan di hutan, dia bertemu dengan Peri Nata dan Peri Kitte. Mereka pun langsung terkejut dengan perubahan wajah Lily.
"Bagaimana wajahmu bisa berubah" ucap Peri Nata dengan raut terkejut.
Lily pun hanya tersenyum. Dia bingung mau menjawab apa karena dia pun masih terkejut dengan wajahnya yang sekarang. Lily pun pergi melewati mereka berdua, Peri Nata dan Peri Kitte yang masih penasaran pun mengejar Lily.
"Mengapa kamu terus mengikutiku?" ucap Lily kebingungan.
"Kami penasaran dengan wajahmu, bagaimana wajahmu bisa tampak bercahaya seperti ini?" celetuk Peri Nata.
"Benar sekali, katakan pada kami bagaimana bisa wajahmu berubah seperti itu" ucap Peri Kitte.
"Itu bukan urusan kalian, bukankah kalian tidak mau berteman denganku lalu untuk apa aku memberitahumu" ucap Peri Lily.
Lily pun pergi begitu saja setelah berdebat dengan Peri Nata dan Peri Kitte.
"Aneh sekali" celetuk Peri Kitte.
Mereka berdua pun langsung pulang ke rumah mereka.
Lily melanjutkan langkahnya untuk menemui bunga ajaib. Dia ingin berterima kasih, sesampainya di sana bunga langsung menyambut Lily dengan senyuman manisnya.
"Hey Lily, kamu kelihatan cantik sekali! Bagaimana perasaanmu sekarang?" ucap Bunga dengan senyuman manisnya.
"Terima kasih, Bunga. Aku senang sekali, tapi... masih tidak ada yang mau berteman denganku... Peri Nata dan Peri Kitte pun masih benci denganku..." ucap Lily dengan nada sedih.
Bunga ajaib pun hanya mengangguk dan berkata "Tidak apa-apa Lily, kebaikan hatimu jauh lebih cantik dibandingkan wajahmu. Jika memang teman sejati maka ia akan menerima segala kekurangan temannya, ia tidak datang karena kecantikan melainkan dengan ketulusan."
Lily pun tersenyum dan berkata di dalam hati "Bunga ajaib benar, ia yakin suatu saat ada yang mau berteman dengannya".
Sejak hari itu Lily sering membantu penghuni hutan yang kesusahan. Peri Nata dan Peri Kitte yang melihat itu pun merasa malu. Tiba-tiba datanglah Peri Kitte dan Peri Nata dengan raut menyesal kepada Lily. Peri Nata dan Peri Kitte yang telah sadar bahwa mereka telah melakukan perbuatan yang tidak baik pun merasa sangat malu sekali dengan Lily.
Peri Nata dan Peri Kitte pun reflek langsung menangis karena dia merasa sangat jahat kepada Lily. Mereka mencoba untuk meminta maaf dan berharap Lily bisa memaafkan kesalahan mereka.
"Kami minta maaf atas semua yang telah kami lakukan kepadamu. Kami mengaku salah menilai dirimu. Dan ternyata kamu adalah peri yang baik hati." ujar mereka dengan menunduk.
Namun Lily hanya tersenyum. "Tidak masalah, aku memaafkan kalian. Dan aku harap kita bisa berteman mulai sekarang. Karena aku belum memiliki teman." ujar Lily dengan menunduk.
Mendengar itu, Peri Nata dan Peri Kitte sangat terharu. Mereka pun berjanji tidak pernah mengejek Lily lagi. Dan sejak saat itu mereka mulai berteman baik. Lily pun senang dan tidak pernah merasa kesepian lagi. Lily menyadari bahwa banyak yang menganggap kecantikan itu penting, namun yang benar-benar berharga adalah ketulusan hatinya. Percuma jika wajahnya cantik, namun hatinya kotor itu sama saja seperti rumah yang tampak megah, tetapi tidak ada pondasinya. Kokoh jika dilihat dari luar, namun rapuh dan kurang cocok jika dilihat dari dalam.
Lily memutuskan untuk terus menggunakan kekuatannya untuk membantu penghuni hutan, bukan demi pujian. Karena kebaikan adalah sumber dari segalanya. Hutan yang indah itu pun menjadi tambah harmonis berkat Lily, peri dengan seribu kebaikannya.
Penulis: Anggun Nirmala