Sang Nenek dan Cucu Semata Wayangnya

Cerpen ini menceritakan kehidupan Clara, seorang gadis berusia 15 tahun yang tinggal bersama neneknya, Mbok Ijem, di sebuah desa terpencil ...

Clara seorang gadis yang berumur 15 tahun adalah satu-satunya cucu Mbok Ijem. Clara yang sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya 14 tahun yang lalu, kini dibesarkan dan dirawat oleh neneknya itu.

Sang Nenek dan Cucu Semata Wayangnya

Mereka hidup di sebuah desa yang sangat terpencil, bahkan rumahnya jauh dari pemukiman warga sekitar. Mbok Ijem dan cucunya itu hidup kurang bercukupan.

Clara dengan kehidupan yang selalu bergantungan kepada neneknya, setiap hari ia selalu membantu neneknya ke pasar dan ke kebun guna menjual hasil perkebunan milik seorang juragan di desanya.

Suatu hari Clara dan neneknya berjalan menuju ke pasar, sang nenek melihat segerombolan anak-anak yang sedang bermain “Nak sebaiknya kamu bermain saja dengan teman-temanmu itu, biarkan nenek saja yang bekerja” ucap wanita paruh baya itu kepada cucunya.

Lalu Clara menjawab “Enggak usah nek, Clara juga ngga keberatan membantu nenek kok, nenek tenang saja, dengan adanya Clara kan pekerjaan nenek jadi lebih ringan.”

“Yaa udah terserah kamu nak” balas neneknya.

“ Iya nek” ucap Clara.

Suatu hari di tengah perjalanan pulang dari pasar, Mbok Ijem dan cucunya dicegat segerombolan perampok. Seketika, salah satu dari perampok itu menyergap Clara. “Heh nenek tua, berikan semua uangmu kepadaku, atau kami akan membunuh cucumu ini” ujar salah satu segerombolan perampok.

“Jangan! Lepaskan cucuku, aku akan memberikan semua uang ini kepadamu, yang penting lepaskan cucuku itu dulu!” jawab Mbok Ijem sambil menangis.

Akhirnya sang perampok itu pergi seusai membawa semua uang hasil dagangan Si Mbok Ijem dan cucunya itu. Mbok Ijem dan cucunya itu pulang dari pasar tanpa membawa uang sepeser pun. Mereka sangat gelisah , karena dari berdagang itu merekalah bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Hari demi hari telah berlalu ,kini sang cucu telah menginjak umur 25 tahun. Dengan paras yang begitu cantik, banyak laki-laki yang terpikat dengan paras Clara. Mbok Ijem pun sangat kagum dengan paras Clara saat ini.

Suatu hari, Juragan melihat Mbok Ijem dan Clara sedang bekerja di kebunnya “Wahh cantik sekali ini cucu kamu Mbokk” ujar juragan sembari mendekati Mbok Ijem dan Clara.

“Iyalahhh, cucunya siapa dulu...” jawab Mbok Ijem sambil tersenyum.

“ Bagaimana kalo cucumu ini dijodohkan dengan putraku, kebetulan dia baru lulus dari luar negri Mbok?” tanya juragan kepada Mbok Ijem.

“Sebentar ya gan, tak tanyain dulu ke Clara” jawab Mbok Ijem.

“Gimana nak, apakah kamu mau menikah dengan anaknya juragan? Dia ganteng, putih, tinggi, lulusan luar negeri lagi, gimana mau nggak?”

“Baiklah nek, Clara mau, nggak disangka-sangka juragan ingin menjodohkan anaknya yang lulusan luar negeri itu dengan cucunya tukang kebun” jawab Clara dengan pipi kemerah-merahan.

“Baiklah nanti saya akan atur hari pernikahannya” terus juragan.

Akhirnya Clara menikah dengan anaknya juragan dan Mbok Ijem pun sangat senang sekali, melihat cucunya itu bahagia dan bisa hidup serba kecukupan.

Dari sini kita dapat melihat bahwa hidup itu tidak selalu dalam kesusahan, seperti kata pepatah: Habis gelap terbitlah terang.

Biodata Penulis:

Mufid Saeful Anam lahir pada tanggal 3 November 2003 di Purbalingga. Ia saat ini aktif sebagai mahasiswa semester 2 di UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto, prodi Pendidikan Agama Islam.

© Sepenuhnya. All rights reserved.