Semilir angin mengiringi langkah Dera menuju sekolah. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan pria tampan bernama Deri. Sejak itu, mulai tumbuh benih-benih cinta yang Dera rasakan. Namun Dera tak mampu mengungkapkan perasaannya dan memilih mengaguminya dalam diam.
Tak berselang lama mereka sering bertemu, mencuri-curi pandang, membuat cinta di hati Dera semakin kuat. Tak tahan memendam rasa itu terlalu lama, Dera memberanikan diri mengungkapkan perasaannya melalui sepucuk surat.
Setelah membaca surat itu, Deri berniat menjemput Dera menunggunya di depan gerbang sekolah. Betapa kaget, senang, gugup dan malu saat melihat Deri menunggu Dera dan mengajak Dera pulang bersama dalam benak Dera berkata "secepat inikah Deri membalas perasaanku".
Singkatnya mereka semakin dekat dan memulai suatu hubungan. Hari demi hari mereka habiskan bersama dengan gembira.
Setelah beberapa bulan menjalin hubungan, Deri mengajak Dera ke rumah untuk bertemu orang tuanya. Orang tua Deri menyambut baik Dera, mengajaknya memasak, mengobrol segala hal hingga berbicara mengenai silsilah keluarganya.
Tak di sangka ternyata Deri dan Dera masih satu ikatan keluarga. "Apakah mungkin hubungan ini berlanjut atau berhenti sampai di sini?". Ungkap Dera dalam hatinya.
Beberapa minggu selepas pertemuan itu, Deri perlahan mulai menghilang, menjadi cuek, tak ada lagi kabar menghilang seperti ditelan bumi. Namun Dera masih setia menunggu, menanti kabar dari sang kekasih.
Air mata bercucuran ketika Dera mengungkapkan isi hati dan perasaannya kepada Sang Ilahi. Dalam setiap doanya ia berkata "Ya Allah kuatkan hamba, jika memang dia bukan jodohku lapangkan hati hamba untuk mengikhlaskannya".
Patah, hancur dan tak tahu harus berbuat apalagi, ketika ditinggalkan sesorang yang kita cintai begitu saja. Berusaha tegar dan mencoba bangkit dari keterpurukan belum bisa Dera lakukan. Hingga satu minggu kemudian Dera mampu bangkit kembali untuk memulai kehidupan barunya dan melupakan masa lalu yang menyakitkan baginya.
Beberapa bulan kemudian, dua orang laki-laki datang ke rumah Dera berniat menemui ayahnya. Siapa sangka dua laki-laki tersebut ternyata Deri bersama ayahnya. Dera terkejut tidak menyangka bahwa laki-laki yang berbulan-bulan menghilang, menggoreskan luka di hatinya datang ke rumah menemui ayah Dera.
Apakah yang kalian pikirkan? Akankah Deri melamar Dera? Jika iya, yang kalian pikirkan salah.
Deri bersama ayahnya datang menemui ayah Dera bukan untuk melamar Dera akan tetapi meminta ayah Dera melamarkan wanita lain.
Pyang…. Gemetar dan hancur rasanya seperti gelas yang pecah ketika mendengar obrolan mereka. Rasa sayang Dera pada Deri memanglah masih ada dan tumbuh kembali setelah melihat Deri setelah susah payah Dera melupakan Deri.
Dera berlari menuju kamarnya, ia tak sanggup mendengarkan lagi obrolan mereka. Air mata mengalir deras, rasa sakit yang teramat dalam kembali Dera rasakan. Jatuh cinta kepada orang yang salah, ketika ketulusan dibalas dengan kekecewaan. Seenaknya pergi lalu kembali membawa luka yang mendalam. Rasanya rapuh, tak tahu lagi harus berbuat apa.
Satu hari setelah itu, Dera masih terlihat murung, Ibu Dera mendekati Dera dan berkata "Kamu kenapa Nak?" Dera terdiam dan memeluk Ibunya.
Ia mengungkapkan, "Ibu kenapa semesta tidak berpihak kepada Dera, kenapa Allah tidak mempersatukan Dera dengan Deri Bu? Padahal Dera sangat menyayangi Deri"
"Nak, yakinlah suatu saat akan ada pengganti Deri yang jauh lebih baik, Allah tidak mempersatukan kalian berarti Allah tahu Deri bukanlah yang terbaik untuk Dera, toh kalian masih ada ikatan keluarga rasanya tidak pantas jika suatu saat nanti kamu menikah dengan saudara kamu sendiri". Mendengar perkataan Ibu membuat perasaan Dera jauh lebih tenang. Akhirnya Dera memilih berdamai dengan masa lalunya dengan mengikhlaskan Deri bersama wanita pilihannya, bangkit dari kesedihannya dan fokus menggapai cita-citanya.
Biodata Penulis:
Syifa Urrohmah adalah seorang Mahasiswa UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.