Ayah

Bukan Karena Aku, Tapi Allah

“Jaga pikiranmu untuk tetap positif, karena pikiranmu akan menjadi perilaku dan nilai dirimu.” Di tengah gulita malam tanpa rembulan, hening dan mena…

Sepucuk Surat yang Mengantarkan pada Senja

Oleh Rahayu Qurrota 'Ainin Saat malam yang sepi disertai angin dingin yang berhembus, di sebuah rumah kecil yang jauh dari keramaian ada seorang …

Rinai dan Hujan Dini Hari

Oleh Riska Widiana Palu diketuk tiga kali, Ami dan suaminya resmi bercerai. Sepasang mata bertemu tanpa senyuman. Hanya datar beberapa detik, lalu ke…

Rahasia Kecil

Oleh Muhammad Ridwan Tri Wibowo Aku merasa bahagia. Pulang dari tujuh harian meninggalnya Pak Lurah dengan membawa satu sisir pisang kepok untuk si K…

Kalpataru buat Pak Tukiman

Oleh Ela Wiji Pamusti Di sebuah desa di tepi bukit tinggallah sebuah  keluarga kecil yang sederhana, kepala keluarga tersebut bernama Pak Tukiman, pe…

Mendekap Peluh

Oleh Anis Rahayu Mentari pagi kembali menyapa awan, silap mata tak dapat kutatap keagungan Tuhan. Angin nan lembut menyentuh kulitku, begitu indahnya…

Di Persimpangan Dua Harapan

Oleh Maulida Az-Zahra Langit kampus pagi itu berwarna biru pudar, seperti cat dinding yang pelan-pelan luntur tetapi tetap menyimpan sisa kilau. Anis…

Sebuah Doa

Oleh Ika Mustika Ratri “Keputusan Ayah sudah bulat Naira! Kamu harus masuk pesantren!” bentak ayah. “Ini pertama kalinya ayah bentak Naira. Naira kec…

Aku bukan Mereka

Oleh Shindi Fatika Sari Satu pagi berlalu, Ayah sedang di ruang TV dan aku di kamar. Seketika, aku tersentak kaget saat Ayah memanggilku. "Shind…
© Sepenuhnya. All rights reserved.