Kelas 1 SMA
Saat pelajaran Kimia berlangsung, aku duduk di sana. Menatap seorang gadis yang aku panggil "Sahabat". Aku menatap senyumnya yang sehalus sutra, berharap dia adalah kekasihku. Tapi dia tidak melihatku dengan cara seperti itu, dan aku sangat tahu itu.
Pelajaran usai, dia berjalan ke arahku dan menyerahkan catatan yang telah dia catat saat pelajaran itu. Dia mengatakan "belajarlah membawa buku ke sekolah" dan dia meletakkan tangannya di pipi kiriku.
Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi sekedar temannya: Aku mencintainya, tapi aku terlalu malu, dan aku tidak tahu mengapa.
Kelas 2 SMA
Telepon berdering, itu adalah dia. Dia menangis, bergumam, dan bercerita tentang seseorang yang telah mematahkan hatinya. Dia memintaku untuk datang ke alun-alun kota karena dia tidak ingin sendirian di sana. Dan aku selalu datang, aku duduk di sampingnya, di hadapan laut kota. Aku menatap matanya dengan lembut, berharap dia adalah kekasihku.
Setelah 2 jam, kami memutuskan pulang. Dia menatapku, mengatakan "Terima kasih" dan dia meletakkan tangannya di pipi kiriku.
Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi sekedar temannya: Aku mencintainya, tapi aku terlalu malu, dan aku tidak tahu mengapa.
Kelas 3 SMA
Tujuh hari sebelum acara perpisahan, dia membuat sebuah janji, katanya jika salah satu dari kami tidak datang dengan seorang pacar, maka kami akan datang bersama pada hari itu. Jadi, itulah yang kami lakukan pada acara perpisahan.
Setelah semuanya selesai, aku berdiri di pintu depan rumahnya. Aku menatap dia yang tersenyum padaku, dan aku menatap lurus ke dalam matanya. Aku ingin dia menjadi kekasihku, tapi dia tidak menganggapku seperti itu, dan aku sangat tahu itu.
Lalu dia mengatakan padaku "Ini adalah hari terbaik dalam hidupku, terima kasih!". Lagi-lagi dia meletakkan tangannya di pipi kiriku.
Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi sekedar temannya: Aku mencintainya, tapi aku terlalu malu, dan aku tidak tahu mengapa.
Hari Wisuda
Hari berlalu, minggu berlalu, bulan berlalu, tahun berlalu dan tibalah aku pada hari saat dia wisuda. Aku melihat tubuhnya yang sempurna melayang seperti malaikat di panggung untuk menerima diploma. Aku ingin dia menjadi kekasihku, tapi dia tidak melihatku dengan cara seperti itu, dan aku sangat tahu itu.
Sebelum semua orang pulang, dia datang padaku dengan baju dan topinya. Dia menangis, aku memeluknya, lalu dia mengangkat kepalanya dari bahuku dan mengatakan, "Kau adalah sahabatku, kau adalah sahabatku" lalu dia meletakkan tangannya di pipi kiriku.
Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi sekedar temannya: Aku mencintainya, tapi aku terlalu malu, dan aku tidak tahu mengapa.
Beberapa Tahun Berlalu
Gadis itu akan menikah sekarang, aku datang menghadiri pernikahannya. Aku melihat dia berbalut baju pengantin, kehidupan baru, dan menikah dengan seorang pria lain. Aku ingin dia menjadi kekasihku, tapi dia tidak melihatku dengan cara itu, dan aku sangat tahu itu.
Tapi sebelum aku melangkah pergi, dia datang kepadaku dan mengatakan "Kau datang!". Dia melanjutkan "Terima kasih" dan seperti biasa, dia meletakkan tangannya di pipi kiriku.
Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi sekedar temannya: Aku mencintainya tapi aku terlalu malu, dan aku tidak tahu mengapa.
Hari Pemakaman
Tahun-tahun telah berlalu, aku berdiri kaku menatap makam seorang gadis yang dulu memanggilku "Sahabat". Di rumahnya, kakak perempuannya memberikan aku sebuah cacatan miliknya; yang dia tulis di waktu SMA.
Isi catatan tersebut:
Aku menatap matanya, berharap dia adalah kekasihku, tapi dia tidak melihatku dengan cara seperti itu, dan aku sangat tahu itu. Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi sekedar temannya: Aku mencintainya, tapi aku terlalu malu, dan aku tidak tahu mengapa.
Aku berharap dia akan mengatakan dia mencintaiku! Aku juga berharap aku bisa mengatakan itu: Aku mencintainya, tapi aku terlalu malu, dan aku tidak tahu mengapa. Aku memikirkan tentang diriku, aku memikirkan tentang dirinya, aku memikirkan semua itu, dan aku menangis.