Hujan Pagi di Taman

Cerpen ini mengisahkan tentang Kiba, seorang remaja yang hidup dalam kesepian setelah orang tuanya bercerai. Pagi itu, hujan deras dan rasa malas ...

Seorang remaja yang terbangun karena bunyi hujan yang sangat deras di pagi hari, namanya Kiba. Ia adalah siswa kelas 3 SMA Congot, ia tinggal bersama seorang kakak laki-laki yang bekerja sebagai pandai besi, namanya Aril, orang tuanya telah bercerai 2 tahun lalu. Sekarang ayahnya kerja di luar negeri dan ibunya telah menikah lagi dengan pria kaya pengusaha tambang.

Setiap hari Kiba menjalani kehidupan tanpa rasa sayang dari orang tuanya, karena sebelum bercerai orang tua Kiba jarang sekali memberikan kasih sayang, ayahnya seorang pemabuk berat yang setiap hari pulang larut malam, dan ibunya seorang TKW di Malaysia.

Hari ini adalah pelajaran pak Banu, seorang guru pelajaran seni yang sangat dibenci muridnya karena pak Banu mengajar dengan sangat tegas, tak sedikit teman-temannya yang kena pukul karena telat masuk ataupun karena tidak mengerjakan tugas, hal ini yang menyebabkan dia tidak disukai oleh muridnya sendiri.

"Kakak berangkat kerja dulu ya, cepat mandi dan sarapan sana!" ucap kakak Kiba yang langsung keluar rumah.

Niat bolos tiba-tiba terpikir di kepala Kiba karena malas diajar oleh pak Banu, ditambah hujan yang semakin deras menambah alasannya untuk tidak berangkat sekolah, tetapi kalau ia tidak berangkat sekolah pasti kena marah kakaknya.

Hujan Pagi di Taman

Oleh karena itu, setelah mandi dan sarapan Kiba memutuskan untuk pergi ke taman, dengan menggunakan payung berwarna putih Kiba berjalan melewati lorong jalan yang sempit, 15 menit dari rumahnya.

Kiba pun sampai, mencari tempat berteduh yang kala itu di taman terdapat gubuk kecil yang terletak di samping pohon cemara, terlihat seorang wanita yang sedang berteduh sambil membaca buku, mereka duduk berjauhan dan tak satu kata pun yang terucap.

Kiba mengambil pensil dan buku kosong dari dalam tas ransel hitam pemberian kakaknya itu, coretan Kiba seperti layaknya pelukis handal, digambarnya seekor burung bangau yang sedang mencari ikan di kolam sebelah gubuk kecil yang ia tempati. Memang sejak kecil Kiba sangat senang menggambar, hal ini yang membuat Kiba sangat pandai membuat lukisan.

Setelah 1 jam berlalu, hujan telah berhenti, akhirnya Kiba memutuskan pergi ke sekolah dan juga karena pelajaran pak Banu telah selesai.

Sambil melipat payung ia gunakan tadi Kiba berjalan meninggalkan gubuk kecil dan wanita itu. Ia tidak menyadari kalau pensilnya terjatuh di gubuk itu, wanita itu menyadari hal itu akan tetapi ketika si wanita akan memberitahu Kiba, ia sudah jauh meninggalkan gubuk. Akhirnya wanita itu memutuskan untuk mengembalikannya besok hari, berharap Kiba datang lagi ke taman ini.

Di kelas, ketika Kiba ingin mengambil pensil ia mendapatinya, "kemana nih pensilku, apa tadi terjatuh di gubuk ya?" ucap Kiba dalam hatinya, karena itu pensil satu-satunya yang Kiba punya dan sekarang sudah tidak ada, akhirnya Kiba meminjam pensil teman di sampingnya.

"Kring kring kring" Bel berbunyi tanda pembelajaran hari ini telah selesai, Kiba segera bergegas menuju taman, dicarilah pensil di gubuk itu, mondar-mandir ia mencari tetapi tidak juga menemukan pensilnya. Akhirnya Kiba memutuskan untuk pulang.

Keesokan harinya...

Seperti biasa, hujan turun pada pagi hari, Kiba berangkat sekolah menggunakan payung putihnya, berjalan melewati taman yang indah.

"Hai" ucap wanita yang kemarin ditemui Kiba di gubuk, sambil melambaikan tangan ke arah Kiba.

Didatangilah wanita itu oleh Kiba sambil berkata "Ya ada apa?"

"Ini pensil kamu kemarin jatuh di bawah kursi gubuk, niatnya mau aku kembalikan kemarin, tapi kamu sudah pergi jauh" ucap wanita itu sambil mengeluarkan pensil dari dalam sakunya.

"Oh iya terimakasih telah mengembalikan pensilku, udah aku cari-cari kemarin tapi engga ketemu-temu, ternyata di kamu hahahaha" Sambil tertawa karena mengingat kemarin ia mencari ke sana ke mari seperti orang mencari uang.

"Siapa namamu?" tanya Kiba.

"Eee namaku Isti" jawab Isti dengan gugup, karena ia jarang sekali berbincang dengan laki-laki.

"Hai Isti, namaku Kiba, ayo kita berteduh dulu" ucap Kiba, sambil mengajaknya ke gubuk di taman itu.

Keduanya berbincang tentang profile mereka masing-masing, sampai hujan berhenti Kiba memutuskan untuk pergi ke sekolah, "aku berangkat sekolah dulu ya, besok datanglah ke sini lagi pada pagi hari di saat hujan turun" ucap Kiba sambil melipat payungnya.

"Ya pasti aku akan datang ke sini lagi"

Mulai besok dan seterusnya mereka berdua selalu bertemu di taman pada pagi hari di saat hujan turun. Benih-benih cinta mulai tumbuh dari hati mereka berdua. Namun mereka sama-sama memendam perasaannya. Hingga musim hujan telah berakhir Kiba tidak datang lagi ke taman, karena ia harus fokus dengan ujian kelulusan yang sudah dimulai dari awal musim kemarau.

Bersambung...

Biodata Penulis:

Anugrah Jamaludin saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto, Prodi Pendidikan Agama Islam.

© Sepenuhnya. All rights reserved.