Kisah ini bercerita tentang seekor burung raksasa yang tinggal di tepi danau Desa Ghariya. Desa yang terkenal dengan keramahan penduduknya dan senantiasa hidup berdampingan. Rukun. Sampai tibalah desa ini mengetahui keberadaan seekor burung raksasa bernama Baingani. Dia adalah burung yang pendiam dan tidak pernah berinteraksi dengan manusia, takut kalau-kalau ia akan diserang. Tetapi Baingani memiliki seorang teman yang selalu menemaninya, yaitu Ragini, si gadis kecil pemberani dari desa ini. Setiap sore setelah pulang sekolah, Ragini selalu pergi bermain di tepi danau dengan Baingani.
Baingani selalu ingin berinteraksi dengan masyarakat Desa Ghariya, namun karena rasa takutnya, ia mengurungkan hal itu. Tapi kali ini, Baingani ingin mengatakan keinginannya kepada satu-satunya teman yang ia punya itu.
“Ragini, jika aku menunjukkan diri ke penduduk desa, apakah aku akan diserang?” tanyanya. “Aku takut jika penduduk desa tahu aku tinggal di tepi danau, mereka akan menyerangku.” lanjut Baingani.
“Menurutku kau jangan menunjukkan diri dulu deh. Walaupun penduduk Desa Ghariya itu ramah-ramah, tapi jika mereka melihat burung raksasa sepertimu pasti mereka juga akan terkejut. Lagi pula ada aku yang selalu menemanimu, Baingani.” jawab Ragini.
Saat mereka berdua asyik bermain dan bercerita, datanglah seorang laki-laki bernama Vicky. Ia adalah cucu dari sesepuh Desa Ghariya, orang yang paling dihormati dan didengarkan di sini. Matanya terbelalak, dahinya mengernyit, Vicky begitu terkejut disusul perasaan marah ketika melihat Ragini bermain dengan seekor burung raksasa. Ia pun langsung berteriak dan berlari, mengumumkan keberadaan makhluk itu.
“Ada burung besar!” katanya berulang-ulang.
Vicky tidak melaporkan kejadian tersebut ke neneknya, seorang sesepuh Desa Ghariya itu. Namun, Vicky mengabarkannya kepada para penduduk Desa Ghariya. Kabar tersebut memicu amarah para penduduk, mereka langsung pulang mengambil kentongan bambu untuk mengusir Baingani, si Burung Raksasa.
Ragini yang masih asyik bermain dengan Baingani tadi, terkejut karena mendengar suara kentongan bambu beradu keras dari kejauhan. Ia pun melihat banyak penduduk Desa Ghariya berjalan tergesa, meneriakkan perintah pengusiran Burung Raksasa. Seketika itu Ragini menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Khawatir dengan keselamatan temannya, Ragini menyuruh Baingani untuk bersembunyi di suatu gua, sedangkan dirinya pun bergegas lari ke rumah sesepuh Desa Ghariya. Lalu Ragini menceritakan kejadian tersebut kepadanya.
“Nek, tolong burung raksasa yang ada di tepi danau, ia tidak salah, kita sama-sama makhluk hidup, jika karena burung itu raksasa dan berbeda dari burung biasanya, lantas manusia juga berbeda satu sama lain dan tetap bisa hidup dengan rukun. Lalu, kenapa kita takut pada burung itu hanya karena ia berbeda dengan kita?” tanya Ragini retoris. “Baingani tidak pantas diperlakukan seperti itu.” tegas Ragini.
Setelah itu, Ragini dan sesepuh Desa Ghariya datang ke tepi danau dan melihat penduduk desa sedang membunyikan kentongan bambu dengan keras dan beramai-ramai mencari Baingani. “Berhenti semuanya!” teriak Sesepuh Desa.
“Kita tidak boleh mengusir burung itu. Semua makhluk hidup pantas hidup di Desa Ghariya ini.” ujar sesepuh Desa Ghariya.
“Nama burung raksasa itu Baingani, ia hanya ingin berteman dengan kita semua. Baingani tidak jahat, ia burung yang baik hati, ya, walaupun ia burung raksasa. Tapi tenang saja, ia tidak pernah ada niat untuk menyakiti kita.” jelas Ragini.
Ucapan Ragini itu membuka pikiran para penduduk desa. Mereka menghentikan apa yang mereka lakukan, menurunkan kentongan bambu yang sebelumnya diangkat dan dibunyikan. Lalu Baingani pun keluar dari gua tempat persembunyiannya. Penduduk desa akhirnya mulai terbuka dengan kedatangan Baingani, si burung raksasa.
Sekarang Baingani tinggal di dekat rumah Ragini, yang setiap sorenya bermain dengan anak-anak penduduk Desa Ghariya dan tentu saja bersama Ragini. Penduduk Desa Ghariya pun lama-kelamaan bisa menerima Baingani sebagai bagian dari Desa Ghariya.
Waktu pun terus berjalan, Desa Ghariya semakin makmur, damai, dan rukun. Tetapi, Vicky masih tidak dapat menerima kehadiran Baingani. Vicky dari kecil tidak suka binatang, karena saat ia kecil dulu, di Desa Ghariya pernah kedatangan burung raksasa juga. Burung raksasa itu sangat baik, sehingga penduduk desa mulai menyukainya, tetapi sifat baiknya tidak bertahan lama, ia berubah, semakin lama semakin jahat.
Burung raksasa itu mencuri dan menyembunyikan hasil panen penduduk Desa Ghariya. Namun, Penduduk Desa Ghariya tidak mengetahui hal itu, hanya Vicky yang tahu, karena Vicky sering begadang tiap malam. Tetapi pada suatu malam, Sesepuh Desa terbangun karena mendengar suara burung, ia melihat burung raksasa yang mereka percayai ternyata diam-diam memanfaatkan mereka dengan cara mencuri hasil panen penduduk desa. Melihat kejadian itu, Sesepuh Desa bergegas membunyikan kentongan untuk membangunkan penduduk desa.
Burung raksasa itu pun pergi dan tidak pernah kembali lagi. Sejak kedatangan Baingani, Vicky selalu teringat akan kejadian tersebut, ia takut kalau Baingani memiliki niat lain seperti burung sebelumnya, mencuri hasil panen penduduk desa.
Sesepuh Desa mengetahui sikap Vicky berubah semenjak kedatangan Baingani, ia pun mendatangi Vicky dan menanyakannya.
“Vicky, akhir-akhir ini kamu selalu menyendiri, apa yang terjadi denganmu? Apakah kamu punya masalah? Ceritalah kepada Nenek!” Vicky terdiam, lalu Vicky pergi tanpa alasan.
Sesepuh Desa terdiam melihat punggung Vicky yang langsung menjauh tanpa memberikan jawaban, pun tanpa pamit.
Biodata Penulis:
Dhamar Rahmantyo merupakan siswa kelas 9 di SMP Negeri 4 Selogiri. Tulisan ini menjadi karya terbaik dalam event kelas menulis bertajuk Menulis Cerita Berbasis Isi Buku Bacaan, yang diadakan oleh Perpustakaan Nasional dan direalisasikan oleh Tim KKN UNS, Kelompok 357 Desa Singodutan, sebagai upaya meningkatkan literasi dan kemampuan menulis anak.