Semangat Seorang Santri Baru

Cerpen ini mengisahkan perjalanan Maryam, seorang wanita muda yang untuk pertama kalinya menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Ini adalah kisah seorang wanita bernama Maryam, dimana ini merupakan pertama kalinya ia menjadi seorang santri. Pada dasarnya ia belum pernah mondok di sebuah pesantren selama hidupnya, ia hanya sebatas belajar ilmu agama dengan mengikuti pengajian biasa yang ada di kampungnya. Dan kini Maryam pun mencoba pengalaman baru sebagai seorang santri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Semangat Seorang Santri Baru

Seperti santri baru pada umumnya, Maryam mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk mondok, dibantu oleh kedua orang tuanya dan juga adik laki-lakinya yang bernama Raihan. Ketika semua perlengkapan yang Maryam butuhkan sudah siap, berangkatlah ia diantar oleh keluarganya menuju pondok pesantren Lirboyo.

Sebenarnya dalam hati Maryam ia masih merasa berat, namun karena ini merupakan permintaan dari kedua orang tuanya dan juga keinginan tersendiri Maryam untuk mencoba mondok, maka dia pun menghela nafas dan menguatkan hatinya supaya yakin akan pilihannya tersebut.

Di tengah perjalanan sempat ibunya Maryam bertanya “Kamu yakin mau mondok kan nak? Kamu tidak terpaksa kan?”

Kemudian Maryam pun menjawab dengan yakin “Iya bu, Maryam yakin kok, Insyaallah ini keputusan yang baik buat Maryam”

Ibunya Maryam pun membalas dengan mengusap kepala Maryam disertai senyuman.

Ketika Maryam melihat ke arah adiknya, ia melihat Raihan memasang raut wajah sedih karena akan berpisah sementara dengan kakak kesayangannya yaitu Maryam.

Tak terasa Ia dan keluarganya sudah sampai di pondok yang dimana akan ditempati oleh dirinya. Ia pun masuk dan di situlah hati Maryam tergoyahkan, antara senang, sedih, dan ragu bercampur menjadi satu. Namun karena ia teringat kembali dengan tujuan awalnya yaitu ingin memperdalam ilmu agamanya dan juga menghafal Al-Qur'an, ia pun kembali meyakinkan hati dan dirinya.

Seperti suasana pondok pada umumnya, ia melihat banyak orang di sana dari berbagai macam kalangan. Hal ini terasa baru bagi dirinya yang sepanjang hidup hanya berada di rumah, dikelilingi oleh orang-orang yang ia kenal. Namun sekarang ia pun harus menerima kenyataan baru ini dengan semangat.

Tak lama keluarga Maryam berpamitan kepada Maryam, ia pun diberi banyak nasihat oleh orang tuanya sebelum akhirnya mereka pergi untuk pulang dan meninggalkan Maryam di pondok sendirian.

Awal-awal Maryam berada di pondok, ia masih merasa asing, dan belum terbiasa dengan suasana pondok karena memang suasana pondok dengan suasana di rumah sangat berbeda jauh. Jadi ia harus mulai beradaptasi dengan lingkungan pondok.

Sedikit demi sedikit Maryam mulai membiasakan dirinya di tempat tinggal barunya saat ini, yakni di pondok pesantren. Maryam memulainya dengan berkenalan dengan orang-orang di sana, baik teman yang sekamar dengan dirinya atau dengan orang dari kamar lain.

Kemudian ia juga mulai membiasakan diri dengan tempat-tempat serta pengajian yang ada di pondok tersebut. Lama-kelamaan Maryam pun mulai terbiasa walau masih merasa berat menjalaninya, namun ia selalu berusaha tegar menjalani semua hal dengan dorongan dari orang-orang yang sayang dengannya.

Namanya dunia pondok, pastinya banyak hal yang kemungkinan bisa terjadi, karena harus hidup bersama orang baru. Contohnya saja ketika Maryam masih belum lama di pondok, ia pernah dijauhi oleh teman-temannya. Maryam pun merasa tidak nyaman karena hal tersebut, bahkan ia sempat ingin pindah karena hal tersebut.

Ia tidak tahu alasan teman-temannya menjauhinya. Ketika Maryam mencari tahu dan ternyata penyebab teman-temannya menjauhi dirinya adalah karena salah satu temannya merasa tidak suka dengan Maryam, dia menganggap Maryam sebagai seorang yang baru pertama kali mondok dan takut nantinya Maryam akan menyusahkan dirinya serta teman-teman yang lain.

Akhirnya dia pun menghasut teman-teman lain untuk membenci Maryam dengan cara menceritakan hal-hal yang buruk tentang Maryam, padahal hal-hal buruk tersebut sebenarnya tidak ada dalam diri Maryam.

Setelah Maryam tahu hal tersebut, ia pun hanya bisa bersabar dan berharap Allah akan membantunya untuk bisa melewatinya serta memohon agar ia bisa dekat kembali dengan teman-temannya, dan ia tidak dijauhi lagi oleh mereka.

Beberapa hari kemudian, Allah pun mengabulkan permohonan Maryam dan membantunya agar dekat kembali dengan teman-temannya serta dapat lebih mengenal lebih jauh tentang mereka.

Hari pun berlalu, tak terasa Maryam sudah hampir satu tahun lamanya tinggal di pondok pesantren Lirboyo, Kediri. Sebentar lagi pondok akan mengadakan perpulangan bagi para santrinya, Maryam pun merasa senang karena akhirnya ia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya.

Suka dan duka yang dialami oleh dirinya bisa ia ceritakan kepada keluarganya sebagai suatu pengalaman yang berharga.

Selama di pondok Maryam selalu menyemangati dirinya sendiri dengan kata-kata “You are strong, you are so perfect”. Kata-kata tersebut membuat dirinya merasa semangatnya penuh kembali dan siap mengahadapi cobaan yang ia hadapi.

Tentang Penulis:

Khofifah Ayu Tri Septiani saat ini aktif sebagai mahasiswi di UIN Sarifuddin Zuhri Purwokerto.

© Sepenuhnya. All rights reserved.